14 November 2020

DLAMAN / MENJAMIN HUTANG ORANG LAIN (Syarat Dlaman, Konsekwensi Dlaman)

 BAB DLAMAN

(Fasal) menjelaskan dlaman.(فَصْلٌ) فِي الضَّمَانِ
Lafadz “dlaman” adalah bentuk kalimat masdar dari kata-kata, “aku menanggung sesuatu ketika aku menanggungnya”.وَهُوَ مَصْدَرُ ضَمَنْتُ الشَّيْئَ ضَمَانًا إِذَا كَفَلْتُهُ
Dan secara syara’ adalah sanggup menanggung harta yang menjadi tanggungan orang lain.وَشَرْعًا اِلْتِزَامُ مَا فِيْ ذِمَّةِ الْغَيْرِ مِنَ الْمَالِ
Syarat orang yang dlaman adalah memiliki sifat ahli untuk tasharruf.وَشَرْطُ الضَّامِنِ أَنْ يَكُوْنَ فِيْه أَهْلِيَةُ التَّصَرُّفِ

Syarat Dlaman

Sah menanggung hutang yang telah menetap pada tanggungan seseorangketika diketahui ukurannya/ kadarnya.(وَيَصِحُّ ضَمَانُ الدُّيُوْنِ الْمُسْتَقِرَةِ فِي الذِّمَّةِ إِذَا عُلِمَ قَدْرُهَا)
Memberi qayyid “mustaqirah” menimbulkan kejanggalan akan sahnya dlaman mas kawin sebelum melakukan hubungan suami istri, padahal saat itu hutang tersebut belum menetap di dalam tanggungan.وَالتَّقْيِيْدُ بِالْمُسْتَقِرَةِ يُشْكَلُ عَلَيْهِ صِحَّةُ ضَمَانِ الصَّدَاقِ قَبْلَ الدُّخُوْلِ فَإِنَّهُ حِيْنَئِذٍ غَيْرُ مُسْتَقِرٍّ فِيْ الذِّمَّةِ
Oleh sebab itu, imam ar Rafi’i dan an Nawawi tidak mensyaratkankecuali hutang tersebut sudah tetap dan lazim.وَلِهَذَا لَمْ يَعْتَبِرِ الرَّافِعِيُّ وَالنَّوَوِيُّ إِلَّا كَوْنَ الدَّيْنِ ثَابِتًا لَازِمًا
Dengan perkataan mushannif, “ketika ukurannya diketahui”, mengecualikan hutang-hutang yang belum diketahui ukurannya, maka tidak sah untuk didlaman sebagaimana keterangan yang akan datang.وَخَرَجَ بِقَوْلِهِ إِذَا عُلِمَ قَدْرُهَا الدُّيُوْنُ الْمَجْهُوْلَةُ فَلَا يَصِحُّ ضَمَانُهَا كَمَا سَيَأْتِيْ

Konsekwensi Dlaman

Bagi orang yang memiliki hak, maksudnya hutang tersebut, diperkenankan untuk menagih siapapun yang ia kehendaki baikdlamin (yang melakukan dlaman) dan madlmun ‘anh yaitu orang yang memiliki tanggungan hutang.(وَلِصَاحِبِ الْحَقِّ) أَيِ الدَّيْنِ (مُطَالَبَةُ مَنْ شَاءَ مِنَ الضَّامِنِ وَالْمَضْمُوْنِ عَنْهُ) وَهُوَ مَنْ عَلَيْهِ الدَّيْنُ
Perkataan mushannif, “ketika dlaman dilakukan pada hutang yang telah aku jelaskan”, tidaktercantum di dalam kebanyakan redaksimatan.وَقَوْلُهُ (إِذَا كَانَ الضَّمَانُ عَلَى مَا بَيَّنَّا) سَاقِطٌ فِيْ أَكْثَرِ نُسَخِ الْمَتْنِ
Ketika dlamin melunasi hutang yang ia tanggung, maka diperkenankan baginya untuk meminta ganti dari madlmun ‘anh, dengan syarat yang disebutkan di dalam perkataan mushannif -di bawah ini-,(وَإِذَا غَرَمَ الضَّامِنُ رَجَعَ عَلَى الْمَضْمُوْنِ عَنْهُ) بِالشَّرْطِ الْمَذْكُوْرِ فِيْ قَوْلِهِ
Ketika dlaman dan pelunasan, maksudnya masing-masing dari keduanya telah mendapat izinnya, maksudnya izinmadlmun ‘anh. (إِذَا كَانَ الضَّمَانُ وَالْقَضَاءُ) أيْ كُلٌّ مِنْهُمَا (بِإِذْنِهِ) أَيِ الْمَضْمُوْنِ عَنْهُ
Kemudian mushannif menjelaskan mafhum perkataan beliau yang sudah lewat yaitu, “ketika ukuran hutang-hutangnya diketahui”, dengan perkataan beliau di sini,ثُمَّ صَرَّحَ بِمَفْهُوْمِ قَوْلِهِ سَابِقًا إِذَا عُلِمَ قَدْرُهَا بِقَوْلِهِ هُنَّا
Tidak sah mendlaman hutang yang tidak diketahui kadarnya, seperti ucapan seseorang,“juallah barang tersebut pada fulan, dan saya yang akan menanggung tsamannya.”(وَلَا يَصِحُّ ضَمَانُ الْمَجْهُوْلِ) كَقَوْلِهِ بِعْ فُلَانًا كَذَا وَعَلَيَّ ضَمَانُ الثَّمَنِ
Dan tidak sah mendlaman hutang yang belum tetap, seperti mendlaman uang seratus yang akan menjadi tanggungan zaid di masa mendatang.(وَلَا) ضَمَانُ (مَا لَمْ يَجِبْ) كَضَمَانِ مِائَةٍ تَجِبُ عَلَى زَيْدٍ فِي الْمُسْتَقْبَلِ
Kecuali permasalahan “dark al mabi” maksudnya mendlamandark al mabi’.(إِلَّا دَرْكَ الْمَبِيْعِ) أَيْ ضَمَانَ دَرْكِ الْمَبِيْعِ
Dengan praktek seseorangsanggup menanggungtsaman kepada si pembeli seandainya barang yang dijual ternyata milik orang.بِأَنْ يَضْمَنَ لِلْمُشْتَرِيْ الثَّمَنَ إِنْ خَرَجَ الْمَبِيْعُ مُسْتَحَقًّا
Atau seseorang sanggup menanggung barang yang dijual kepada penjualseandainya uang yang dibayarkan ternyata milik orang.أَوْ يَضْمَنَ لِلْبَائِعِ الْمَبِيْعَ إِنْ خَرَجَ الثَّمَنُ مُسْتَحَقًّا

(Sumber : Kitab Fathul Qorib)

No comments:

Post a Comment